Sebuah Cerita Misteri Dewasa





Sebuah Cerita Misteri
Dewasa

40


a
N o v e l

b y,






Jaid Brennan






“ Kau Akan mati sebelum Usia Empat Puluh tahun,Kutukan itu
Akan menjeratmu Kau tak akan bisa menghindar dan semua Perempuan di kampung ini Akan menjadi Janda…”




Cerita ini hanya fiktif belaka
jika ada nama ,tempat kejadian yang sama itu hanya suatu kebetulan belaka.




jaid brennan
40
[EMPAT PULUH ]


APA YANG TERJADI KENAPA LAKI-LAKI DIKAMPUNG ITU MATI DI USIA EMPAT PULUH ....





ketika ratri mulai menyadari kalau pelukan itu tak lagi hangat ratri mendekatkan wajahnya kedada suaminya tak ada degupan kecil yang biasa dirasakannya di cobanya memegang nadi suaminya tapi tangan yang kekar itu kini dingin.


bagian 01.


[hingga maut memisahkan]

“ kang, dua hari lagi , kang jamal genap berusia empat puluh tahun ,sebaiknya kita segera tinggalkan kampung ini , kang…”
“ kenapa ratri kau masih percaya dengan kutukan itu?”
“bukan begitu kang, semua wanita di kampung ini tak pernah bisa melewatkan waktu lebih lama bersama suaminya…”
“ sudahlah ratri itu hanya omong kosong ,itu hanya mitos yang nggak jelas kalau aku harus mati sebelum usia empat puluh tahun lalu apa salahku dengan nyi kusuma ”
“kang, semua laki-laki di kampung ini dikutuk dan belum pernah ada yang bisa lolos dari kutukan nawang sari …”
“sssst…kau tenang saja…” jamal menyilangkan jarinya pada bibir ratri ,sebentar kemudian wajah laki-laki yang hampir genap empat puluh tahun itu menunduk mencium bibir istrinya ratri tidak mampu menolak ,malam semakin dingin ratri menyusupkan tanganya didalam pelukan suaminya.aroma kelelakian yang khas tercium dari tubuh jamal suaminya yang mulai panas terbakar birahi yang menggelegak.seekor burung gagak terbang dan hinggap diatas rumah ,suara –suara aneh mulai terdengar dari pekatnya malam sama sekali tidak mengganggu sepasang kekasih yang yang sedang di bakar birahi ini.

daun-daun masih basah oleh embun matahari mulai menyeruak diantara pephonan ratri masih tenggelam dalam pelukan suaminya menikmati sisa-sisa asmara yang mereka reguk semalaman, ketika ratri mulai menyadari kalau pelukan itu tak lagi hangat ratri mendekatkan wajahnya kedada suaminya tak ada degupan kecil yang biasa dirasakannya di cobanya memegang nadi suaminya tapi tangan yang kekar itu kini dingin.
“ kang jamal kaaaang…” jamal mati di usianya yang tepat empat puluh tahun.

“jamal suaminya ratri mati ,kang sebaiknya kita segera pindah dari kampung ini
kang…”
“ baiklah ningsih, abang juga berpikir demikian …”
“ iya bang johan,ningsih tidak ingin bang johan bernasib sama dengan jamal…”
“benar ningsih, seminggu lagi usia abang genap empat puluh tahun sebaiknya kita pindah di kampung seberang di rumah orang tua abang.” hari itu juga johan dan ningsih mengemasi barang-barangnya. sedikit demi sedikit barang-barangnya di angkut dengan sepeda motor.tapi saat motor johan melintasi jalur bebas di jalan raya kampungnya sebuah truk menghantam motornya hingga remuk dan seperti jamal johanpun mati di usia menginjak empat puluh tahun.
sandy adalah seorang mandor bangunan di jakarta , setelah bertemu dengan suciwati ia memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakannya di jakarta ke kampung istrinya di desa karang sari sandi yang memiliki tubuh tegap dan berkulit putih tidak menunjukkan bahwa sandy seorang mandor bangunan.wajahnya yang tampan telah memikat suciwati gadis nan cantik yang memiliki wajah anggun dan bulu mata lentik dengan rambut hitam tergerai membuat pasangan ini seperti dua sejoli. meski hanya seorang mandor bangunan sandy adalah seorang laki-laki yang berpikiran modern dia tidak pernah percaya dengan mitos kutukan di kampung istrinya. sampai ia harus meyakinkan suciwati istrinya untuk mengajaknya pindah dari jakarta ke kampung istrinya.
“ percayalah dik , itu tidak akan terjadi pada abang…”
“ bukan begitu bang tidak ada salahnya, kan kalau kita percaya dengan mitos yang terjadi di kampung suci ..eee..bukan percaya maksudnya suci tidak ingin terjadi sesuatu dengan abang suci ingin bersama abang sampai nanti kita tua , sampai nanti maut memisahkan kita…”
“ abangpun demikian dik, siapa bilang abang akan meninggalkanmu..sudahlah tidak akan terjadi sesuatu dengan abang percayalah…” sandy memeluk tubuh istrinya hangat dik, kalau boleh tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan semua laki-laki di kampung ini kenapa mereka tidak bisa hidup sampai tua.”
“ entahlah bang ,banyak cerita yang beredar di desa ini..”
“ dik , aku ingin jalan-jalan menikmati pemandangan di kampung ini .”
“ bawa motor bang ?”
“ nggak usah, dik kita jalan kaki saja “
“ ayo, bang..”sandy yang orang asli betawi tidak ada bosannya jalan-jalan di kampung istrinya , desa di kaki gunung itu terasa istimewa di matanya di banding gedung-gedung yang menjulang di jakarta. sepanjang perjalanan penduduk tampak tersenyum ramah padanya. desa yang indah pikirnya.namun ada yang aneh yang tak habis dipikir di desa itu tidak ada laki-laki lanjut usia . kalaupun ada itupun pindahan dari kampung lain. langkah sandy dan suci terhenti ketika mereka mendengar suara tangisan anak kecil yang sedang di rayu ibunya.
“ bu, kok si kecil nangis ?” tanya suci sambil memberikan kembang gula pada anak kecil berumur tiga tahun itu. namun anak kecil itu mengeleng , anak itu malah menatap nanar pada sandy.
“ bapaaaak…” ucap anak itu diantara tangisnya. sandy mengelus lembut rambut anak itu tangisnya terdiam tangan kecilnya memeluk kaki sandy . sandy menunduk di raihnya tubuh kecil itu dalam gendongannya.
“ kenapa , bu dengan si kecil “ tanya sandy. ibu muda itu sejenak menatap sandy dan suci bergantian sebelum bicara .
“ ayahnya kabur…” ucapnya pelan.
“ kabur kenapa?” ucap suciwati tak mengerti.
“ mba’ ayahnya seminggu lagi genap berusia empat puluh tahun , itu berarti dia harus meninggalkan kampung ini, kalau tidak…” ibu muda itu tidak meneruskan ucapanya .
“ kalau tidak apa bu?” tanya sandy meskipun sebenarnya dia sudah tahu jawabanya.
“ kalau tidak dia akan terkena kutukan nyi nawang sari…” kutukan! kutukan lagi…kutukan lagi bathin sandy.
“ ibu percaya dengan kutukan itu?” tanyanya lagi.
“ den, kalau mau tidak percaya kejadianya memang benar. hampir semua laki-laki di kampung ini usianya tidak bisa mencapai sampai empat puluh tahun…” sandy tidak habis mengerti dengan semuanya , benarkah apa yang di isyukan di desa ini ataukah itu cuma mitos yang beredar di masyarakat. sandy sendiri merinding mendengar semua yang di ceritakan orang-orang di desa ini. mengingat sebentar lagi usianya akan menginjak empat puluh tahun. sandy dan suciwati meneruskan perjalananya melewati sebuah rumah mereka mendengar pertengkaran hebat. sandy dan suciwati menghentikan langkahnya .
“ tolong kang, kang karto harus pergi!” ucap si istri sambil menangis.
“ tidak dik , aku tidak akan pergi, kalau aku pergi kamu dan anak-anak akan makan apa? dik dengar aku sayang kalian aku mencintai anak-anak kita aku tidak ingin mereka besar tanpa aku” tutur sang suami.
“ kang , kalau begitu kita harus segera pindah dari desa ini.”
“ pindah , kita mau pindah kemana dik, rumah kita disini , kita tidak punya tempat tinggal lain .”
“ tapi kang kutukan itu…”
“ persetan dengan kutukan itu aku merasa tidak punya salah dengan nyai nawang sari itu. dan lagi seumur hidupku aku tidak pernah bertemu dengan nawang sari , bagaimana dia bisa mengutukku.”
“ kang , kumohon dengarkan aku …”
“ dik, aku sayang sama kalian…”
“ kang , kami juga sayang sama kang karto , kumohon kang tinggalkan rumah ini segera tinggalkan rumah ini…” ucap sang istri , tangisnya meledak , si kecil dalam gendonganyapun ikut menagis, suasana jadi riuh, haru. suciwati ikut prihatin mendengar pertengkaran mereka naluri wanitanya tersentuh dan tak terasa butiran bening merembes dari matanya yang bening.
“ ayo, dik” ucap sandy sambil mengajak suci istrinya meninggalkan tempat itu.
“ bang, kita harus mencari jalan keluar bagi warga desa ini, bang..”
“ iya, ci. tapi apa yang bisa kita lakukan”
“ bang, bagaimana kalau nanti sore kita datangi beberapa sesepuh desa ini siapa tahu ada jalan keluar “
“ benar, dik abang setuju.”
senja dengan langit merah membentang mengiringi langkah suciwati dan sandy suami istri itu untuk menemui lurah orang yang dianggap tua di kampung itu. anehnya lurah di kampung itu berusia sekitar lima puluh lima tahun kalau benar kutukan itu ada bagaimana lurah ini bisa lolos dari kutukan , bathin sandy.




“ kang, kang handoko gagah ,
masih banyak gadis lain di desa ini jika kang handoko mau, sekarang nawang tanya pada handoko apa sih istimewanya aku kang, aku juga sama dengan gadis-gadis yang lain.kenapa harus aku kang yang sudah tunangan kenapa bukan marini atau sriyanti yang masih sendiri..”

bagian 02.
[kembang desa]


“ maaf, pak maksud kedatangan saya kemari adalah…” ucap sandy terputus ketika sudah berada di rumah pak lurah.
“ mas, yang warga baru ya.eee...siapa?”
“ sandy, pak?”
“ oh, iya yang mau mengurus ktp kemaren.”
“ iya,pak tapi maksud kedatangan saya kemari untuk menayakan …” sandy ragu tidak meneruskan kalimatnya.
“ ada perlu apa mas?”
“ maaf, pak saya memang orang baru di desa ini , tapi kalau boleh saya tahu sebenarnya apa yang telah terjadi di kampung ini.”
“ maksud mas sandy?”
“ mengenai isyu kutukan itu pak ? apakah itu benar adanya atau hanya mitos saja.” sejenak lurah itu terdiam benaknya seperti menerawang pada kejadian-kejadian yang telah menimpa warganya.
“ sebenarnya berat buat bapak untuk cerita masalah ini, sesungguhnya bapak sendiri bukan asli dari kampung sini… kenyataanya laki-laki di kampung ini tidak ada yang sanggup bertahan sampai usia empat puluh tahun…”
“ kenapa , pak?” tanya sandy tidak sabar.
“bapak sendiri tidak tahu pasti tapi menurut kabar yang bapak dengar dulu ada seorang gadis bernama nawang sari…” lurah itu memulai ceritanya
nawang sari adalah gadis yang cantik dia memiliki semua yang diinginkan gadis seumurannya wajah yang cantik, tubuh yang semampai dan buah dada yang sempurna yang membuat setiap lelaki akan bertekuk lutut padanya. namun tak ada satupun laki-laki di kampung itu yang menarik perhatiannya kecuali kusuma seorang perjaka tua yang yang pekerjaannya hanya ngangon sapi .
abdul dan mali yang sedang berada di pos ronda melihat nawang sedang pulang dari kali dengan gendongan cucian di punggungnya.
“ neng, boleh nggak abang bantuin bawa cuciannya “ ucap abdul menawarkan diri. sambil mata abdul menatap buah dada yang sedikit tersingkap diantara balutan jarit yang basah tampak tercetak indah. membuat abdul beberapa kali menelan ludahnya.
“ abang saja neng, biar abang yang bawain cuciannya “
“ sudahlah bang, aku bisa sendiri . kok…” dari arah lain kusuma mendekat di berikannya gendongannya pada kusuma dan mereka berjalan beriringan meninggalkan mali dan abdul yang masih bengong.
“ dul, beruntung sekali si kusuma, nawang sari begitu dekat dengannya kayak nggak ada laki-laki lain saja. padahal aku kan lebih ganteng dul…”
“ ya, kamu li, aku aja yang lebih bagos dari kamu saja ndak bisa dekati dia..”
“ baiklah dul, kita taruhan siapa yang bisa mendapatkan nawang aku atau kamu?”
“ walah , li kamu mana bisa …jangan ngimpi kamu”
“ li, kabarnya si nawang sama kusuma sudah tunangan ya…”
“ iya dul, kabarnya orang tua kusuma sudah datang kerumah nawang untuk mengajukan lamaran .”
“ biar saja dul, sebelum janur melengkung di rumah nawang kita masih ada kesempatan.”
“ kau terlalu percaya diri li, percuma kita dekati dia kalau nawang tidak suka sama kita “
“ jangan nyerah gitu dong, dul. lihat saja si kusuma itu punya apa? ganteng nggak, kaya juga nggak , sedang aku dul aku punya segalanya untuk bisa membahagiakan nawang, aku punya sawah, dan kebun yang luas… aku bisa merayu orang tuanya dul.”
“ hehe.. kamu nikah saja dengan orang tuanya nawang li…”
“ sialan, kamu dul…”
“ li, kecuali kamu bisa menyingkirkan kusuma mungkin kamu bisa mendapatkan nawang…”
“ ide bagus dul.”
“ jangan gegabah li, aku cuma becanda…”
“ yah, dul kalau kita dapetin nawang semua orang di kampung ini akan memandang kita ..aku akan dapatkan nawang dul…”
“ jangan mimpi li”
“ lihat saja nanti dul aku pasti dapatkan nawang sari” ucap mali serius.
senja tampak semburat merah menghiasi langit desa itu, semburat merah di langit itu seperti semburat di hati mali yang ingin memiliki nawang sari. senja itu mali bertekad pergi ke rumah ki marta seorang dukun yang rumahnya agak terpisah di antara rumah penduduk di desa itu. mali berjalan kaki menyusuri jalan setapak hari mulai malam kabut tipis mulai turun , jalanan gelap tidak menyurutkan langkah mali. malah mali mempercepat langkahnya ketika dilihatnya beberapa penduduk yang berjalan kearahnya ia tidak ingin penduduk kampung itu tahu kalau dirinya pergi kedukun. sampai di depan pekarangan ki marta aroma dupa dan hawa magis mulai terasa menyelimuti rumah itu. dengan perlahan di ketuknya pintu rumah itu. pintu itu terbuka dari dalam muncul seorang laki-laki tua yang usianya mungkin sudah delapan puluh tahun. namun laki-laki itu masih terlihat kuat meski rambutnya sudah memutih dan hampir semua kulitnya keriput di makan usia.
“ ada apa tole , sampai kamu datang kerumah simbah?” tanya ki marta dukun itu.
“ begini mbah…” mali cerita tentang keinginannya memiliki nawang sari.
“ le, sebenarnya roso katresnan itu ndak bisa di paksakan tapi kalau itu keinginanmu semua pasti akan ada jalannya.”
“ apapun syaratnya mbah saya akan coba penuhi”
“ keinginanmu sangat teguh le,tapi apakah kamu berani dengan pantangan dan resiko yang harus kamu hadapi “
“ pantangan apa itu mbah dan apa resikonya?”
“ pantanganya kamu harus puasa mutih tiga hari tiga malam. tidak keluar rumah dan hanya berbuka hanya dengan air putih nasi dan garam.dan di hari ketiga setelah kamu puasa mutih kamu harus menggali kuburan perjaka…”
“ kuburan perjaka untuk apa mbah ?”
“ untuk menggandakan aura kelelakianmu, jika kau berani mengambil kemaluan perjaka yang baru di kubur dan memakannya maka kau akan terlihat lebih gagah dari sebelumnya dan bukan tidak mungkin nawang akan bertekuk lutut di bawah kakimu , bukan hanya nawang tapi semua gadis-gadis di kampung ini akan tergila-gila padamu…”
“ kemaluan perjaka…” perut mali tiba – tiba terasa mual – mual ngin muntah membayangkan kemaluan laki-laki , apalagi punya orang yang sudah mati, sudah di kubur dan dia harus memakannya . benar- benar menjijikkan . tapi apa boleh buat demi mendapatkan nawang sari apapun harus dilakukannya.
“ bagaimana le apakah kau sanggup?” sejenak mali berpikir namun ia segera menyanggupi syarat yang di berikan ki marta dukun itu padanya.
“ baikalah mbah , ini sekedar untuk mbah …” mali menyerahkan bungkusan kertas berisi lembaran uang.
“ terimakasih le..”
“ baiklah mbah , kalau begitu saya pulang saja dulu” mali beringsut mundur dan cepat-cepat ia segera keluar dari rumah ki marta. dalam perjalanan pulang keraguan menyelimuti sang pemuda itu namun keinginanya untuk memiliki nawang sari lebih kuat dari keraguannya. di persimpangan jalan mali melihat iring-iringan orang membaca tahlil dengan memikul keranda. suara itu menggema masuk kedalam jiwa mali mengoyak – ngoyak bagian dalam dari hati mali.
“ innalillahi wainnalilahiroji’un . siapa yang meninggal “ iring-iringan itu melewati mali yang masih terpaku namun ketika iring-iringan itu melewati rumah ki marta tiba-tiba sepi tak ada siapa –siapa , mali merinding ketika melihat rumah itu. rumah itupun juga sudah tidak ada yang ada hanya gundukan –gundukan tanah pekuburan…
“ asstagfirullah hal adzim. bukankah aku tadi datang kerumah ki marta tapi kenapa rumah itu jadi kuburan…ah, rupanya setan telah membelokkanku tapi apa boleh buat aku akan menjalankan apa yang di katakana ki marta padaku..” tiba-tiba ketakutan itu menjadi sirna dan berganti semangat , semangat untuk memiliki nawang sari.tiga hari tiga malam mali tidak keluar rumah ia menjalankan apa yang di katakan setan yang telah menjelma menjadi ki marta itu. setelah tiga hari tiga malam menjalankan puasa mutih mali keluar rumah mencari abdul yang biasanya nongkrong di pos ronda.
“ mali...” suara abdul mengagetkan lamunan mali.
“ kau pucat , apa kau sakit?”
“ ah nggak dul biasa aja , hanya saja aku kurang tidur”
“ kurang tidur kenapa mikirin nawang sari?”
“ iya dul, hmmm…ck..ck.. kalau gadis itu jadi milikku dul. sapi jantan di belakang rumahku itu akan aku berikan padamu.”
“ mali…mali…ohya, li apa kamu tidak melayat?”
“ melayat siapa yang meninggal dul?”
“ anak bu karmi, li. meninggal terbawa arus kali.” ya inilah saatnya aku akan mengambil kemaluan anakmuda itu setelah di kuburkan.
“ kok, kamu ngelamun li?”
“ ah, nggak dul, cuma aku prihatin saja , sayang ya. padahal pemuda itu baik ramah , udah gitu putih ganteng lagi. sayang kalau dia harus mati muda “ ucap mali pura – pura .
“ ya, namanya sudah takdir li”
gerimis mengguyur desa karangngsari seolah mengiringi pemakaman rojak pemuda kampung yang mati terbawa arus aliran kali itu. satu jam setelah jenazah rojak di kebumikan sesosok bayangan berkelebat berhenti di gerbang pemakaman sesaat bayangan itu menoleh kekiri dan kekanan meyakinkan bahwa tidak ada siapa-siapa di pemakaman itu. namun ia kaget ketika ada tangan yang mencengkeram kerah belakang bajunya.
“ hei, kau siapa ? apa yang kau lakukan disini?” tanya penjaga pemakaman . sesaat mali kaget namun ia segera menguasai dirinya setelah tahu siapa yang bicara padanya.
“ pak sebaiknya bapak pulang biar aku yang menjaga kuburan ini?” ucap mali tenang, pak suaeb penjaga makam beringsut ketika tahu siapa yang bicara mali anak juragan tebu di kampung itu. biasanya selain menjaga kuburan pak suaeb jadi buruh tani pada keluarga mali.
“ den, kenapa malam-malam begini ada di pemakaman “ mali tidak menjawab ia merogoh sakunya dan memberikan lembaran uang ke tangan pak suaeb. dan pak sueb tidak ada pilihan lain kecuali meninggalkan mali sendiri. dengan perlahan mali mendekati kuburan seorang pemuda yang baru tadi siang mati.di galinya tanah yang masih basah itu aroma bunga masih menyengat ketika mali menancapkan cangkulkan untuk pertama kali di tanah yang masih basah itu. lima belas menit kemudian cangkul mali sudah membentur papan pembatas .dari kejauhan suara –suara malam mulai terdengar lolongan anjing seperti menyayat hati dan seekor burung hantu melintas tepat diatas kepala mali.suara-suara aneh itu mengganggu fikiran mali sejenak ia menghentikan kegiatanya dan memandang sekeliling. sepi tak ada siapa-siapa. ketika mali masih tenggelam dengan pikiranya sepasang tangan yang berlumur tanah liat mencengkeram kedua kaki mali dan menariknya ke bawah. mali berusaha berontak namun sia –sia tubuhnya merangsek masuk kedalam kuburan yang di galinya .
“ aaaa….!!” jeritan mali hilang di telan malam . keesokan harinya penduduk kampung geger dengan ditemukannya mayat mali yang tergeletak diatas pemakaman dengan selangkangan lobang besar seperti korban mutilasi.
“ siapa yang melakukan ini …” ucap penduduk kampung yang melihat kondisi tubuh mali yang mengenaskan.di sudut kampung dari sebuah rumah kecil ki marta tertawa penuh kemenangan.
“ hahaha…pemuda bodoh mau saja di perdaya nafsunya sendiri...” sore ketika desir angin berhembus perlahan nawang sari dan kusuma tampak berjalan-jalan menyusuri pematang. para petani yang sedang menggarap sawahnya memperhatikan dua sejoli itu. decak kagum keluar dari mulut mereka . nawang memang seorang gadis yang sempurna begitu juga dengan kusuma meski kusuma sedikit sudah berumur dan dari keluarga yang sederhana kusuma memiliki tubuh yang tegap dan dada yang bidang yang mampu meneduhkan kegelisahan hati nawang. kalau di perhatikan dengan seksama kusuma memiliki wajah indo-belanda. konon di masa penjajahan nenek kusuma menjalin cinta dengan orang belanda . jadi darah belanda –jawa mengalir pada pemuda itu. di sawah handoko menghentikan kegiatannya ketika dua sejoli itu melintas di pematang tepat di depan matanya.
“ ck..ck…pasangan yang sempurna…tapi tunggulah aku akan memilikimu nawang...” handoko menurunkan sedikit topi capingnya menyembunyikan wajahnya agar tak terlihat nawang dan kusuma yang sedang melintas. rasa cemburu tiba-tiba menyusup kedalam hati handoko , kenapa bukan dia yang berada disisi nawang kenapa harus kusuma ? apa hebatnya pemuda itu? bathinya . baiklah aku akan mencari kesempatan untuk bertemu dengan nawang sari empat mata , aku akan utarakan keinginanku untuk meminangnya , aku harus buktikan bahwa aku bisa lebih baik dari kekasihnya si kusuma itu.dada handoko bergolak sepanjang perjalananya pulang dari sawah benak handoko tidak lepas dari wajah nawang sari pemuda berbadan tegap berkulit sawo matang ini memiliki tangan yang kekar tampak gagah dengan cambang dan rambut-rambut liar menghiasi dadanya. nawang sari seandainya kau jadi milikku akan kuserahkan segala yang aku miliki untukmu. oh, nawang…

pagi matahari bersinar cerah , kicauan burung terdengar merdu bak nyanyian surgawi. kampung di kaki gunung itu tampak indah dengan pemandangan gunung-gunung yang menjulang dan langit biru membentang.handoko yang sedari tadi menunggu nawang sari yang biasa nyuci di kali .tampak gelisah , orang yang di tunggu-tunggu tak juga datang. ketika handoko hendak beranjak meninggalkan tempat itu tampak nawang sari berjalan pelan dengan gendongan cucian di pinggangnya.
“ nawang…” ucap handoko nafasnya naik turun, dadanya berdebar melihat nawang sari di depanya , pesona nawang begitu agung hingga handoko tidak mampu mengucap sepatah katapun. namun ia segera menenangkan diri untuk menguasai dirinya.
“ eh, kang handoko, kok pagi- pagi sudah ada di kali ?”
“ eh...nggak tadi mau mandi tapi dingin banget airnya…eh nawang biar aku bawain cuciannya jalan turunya licin nanti neng nawang bisa kepleset, sayang kan kalau kulit neng yang mulus ini nanti lecet.”
“ boleh, kang …” nawang dan handoko menuruni kali , setelah meletakkan cucian nawang handoko duduk di batu setengah dari kakinya yang kekar di benamkannya kedalam air.
“ nawang sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan pada nawang…eee..”
“ soal apa kang?”
“ sebenarnya ini nggak enak untuk aku utarakan ,nawang aku tahu mungkin aku tidak pantas untuk …untuk..”
“ untuk apa kang, kenapa kang handoko jadi gugup begitu?”
“ begini nawang entahlah akhir-akhir ini hatiku gelisah, yang ada dalam benakku hanya kamu…”
“ maksud kang handoko?”
“ nawang aku aku menyukaimu, aku mencintaimu nawang , aku tahu aku berada diantara kalian aku tahu mungkin yang ada di hati nawang hanya kusuma , tapi nawang seandainya kau tahu apa yang aku rasakan….” nawang tersenyum sebelum bicara.
“ kang, kang handoko kan tahu sendiri jawabannya , nawang sudah ada kang kusuma yang jagain nawang.”
“ aku tahu itu nawang tapi tidakkah kau tahu apa yang aku rasakan?”
“ aku mengerti kang handoko, kang handoko tidak pernah salah cintalah yang salah “
“ cinta nggak pernah salah nawang..”
“ tapi kang nawang sudah tunangan…”
“ nawang apa sih istimewanya kusuma” nawang menatap handoko dengan tatapan yang sulit di mengerti .
“ kang, kang handoko gagah , masih banyak gadis lain di desa ini jika kang handoko mau sekarang nawang tanya pada handoko apa sih istimewanya aku kang, aku juga sama dengan gadis-gadis yang lain.kenapa harus aku kang yang sudah tunagan kenapa bukan marini atau sriyanti yang masih sendiri..”
“ kamu istimewa nawang…” tangan handoko perlahan memegang tangan nawang.
“ nawang….”
“ jangan kang…jangan”
“ jangan takut nawang aku hanya ingin menggenggam tanganmu.” diam –diam nawang sari merasakan dadanya berdegup kencang di curi pandangnya wajah handoko yang gagah itu.
“ kang , sesungguhnya aku juga ada hati sama kang handoko, tapi kang seperti yang kau tahu aku sudah ada kang kusuma…”
“ aku tahu itu nawang , tapi biarlah kalau dik nawang mau, kita jalani saja hubungan ini apa adanya.”
“ maksud kang handoko?”
“ eee..maksud saya biarlah dik nawang tetap menjadi milik kusuma ,namun demikian kita juga tetap berhubungan. untuk dik nawang aku rela jadi yang kedua …”
“ tapi kang bagaimana kalau hubungan ini nanti di ketahui oleh kang kusuma?”
“ itu tidak akan terjadi selama kita mampu menjaganya…” kembali handoko menggenggam lembut tangan nawang , mata laki-laki gagah itu tak hentinya menatap wajah cantik nawang , kecantikan yang sempurna bentuk tubuh yang padat berisi yang tercetak indah dari jarit basahnya membbuat hasrat handoko bergelora, aliran darah handoko mengalir deras seperti aliran sungai yang mengalir deras menghantam curam dan bebatuan.
“ jangan kang, jangan disini…”
“ tenanglah dik nawang tak ada yang lewat tempat ini…” handoko tidak sabar hingga tangannya yang kekar menyenggol bakul cucian nawang dan jatuh hanyut terbawa arus kali yang mengalir deras seperti hasrat handoko yang sudah tak bisa ditahannya lagi.

“ dul, sebenarnya dari dulu aku mencintai nawang sari .hanya saja aku tak mampu mengungkapkanya , saat aku punya keberanian untuk bicara padanya aku terlambat.nawang sari telah di pinang oleh kusuma. aku bingung dul apa yang harus aku lakukan? “

Sambungan cerita ada pada penulis :

contact penulis jaid.911@gmail.com /081288696577

Komentar

Postingan Populer