sepenggal tentang lost in jakarta

LOST in JAKARTA

Jaid Brennan

daun-daun masih basah oleh sisa hujan semalam, matahari menyeruak diantara pepohonan ketika tiga anak ingusan ini baru memulai harinya . dengan semangtnya tiga sekawan berangkat ke sawah . asep anak yang paling gendut kerap kali harus terlambat. karena sering telat bangun.kendati demikian bukan alasan bagi mereka untuk

untuk meninggalkan asep sendiri.

“sep, kamu itu bisa nggak sih bangun lebih pagi, masa sih kita harus nyamperin kamu terus, sekali-kali dong kamu nyamperin kita.” ucap abas sambil menarik tangan asep agar berjalan lebih cepat.

ya, bas, aku kan kalau malem begadang bas…” jawab asep polos

“bgadang ,begadang ngapain lu, sep?”tanya abas.

“kalau malem suka nglanjor, lu ya ga tidur-tidur…” sela ujang menimpali dua sahabatnya.

“apa itu nglanjor?” asep belagak nggak tahu

“nlamun jorok…hehe..”

“nggak lah… aku lagi mikirin nanti kira-kira kalau kita lulus kita akan kemana , ya?” ucap abas serius.

“kalau aku sih pengen satu saat bisa ke monas.itu emas berapa kilo ,sep. ya..” kata abas yang sudah lama bercita –cita ingin melihat monas.

“bas,bas ternyata kamu tuh, lebih norak dari aku masa ke jakarta cuma pengen lihat monas, nggak ada tujuan lain apa?” sambungnya

“benar sep, asyik juga ya , kalau satu saat kita bisa bekerja di jakarta , kita bisa ngumpulin duit, kalau punya duit , aku pengen beliin abah munding ,atau sapi…” sela ujang yang punya cita –cita bisa membahagiakan kedua orang tuanya kalau satu saat bisa bekerja di jakarta .

“kalau aku punya duit aku pengen beliin ambu kalung yang gede…” ucap asep.

“kalau aku cuma pengen ajak abah dan emak jalan-jalan ke monas.” abas nggak mau kalah.

“diantara kita cuma kamu bas, yang punya selera tinggi pengen ngajak –keluarga jalan-jalan ke kota.”kata asep seraya memandang kedua temanya , ada harapan di sana ada cita –cita yang ingin mereka wujudkan .

bulan menggantung bulat di langit ketika ki oyom sedang mengajarkan ilmu kanuragan kepada murid-muridnya. suara.

suara koor murid –murid ki oyom menggema memecah keheningan malam.

diantara seratus murid di padepokan itu ada asep, ujang dan abas tiga sekawan yang tidak bisa terpisahkan. waktu terus bergulir kini ketiga sahabat itu telah beranjak dewasa.dan seperti janji mereka mereka selalu bersama-sama dalam keadan senang maupun susah.

“ alkhamdulilah latihan hari ini sudah selesai, pesen saya kalian bertiga jangan sombong jangan takabur..karena kamu teh harus bisa ngajaga nama baik perguruan kita, yaitu japati hejo. kusabab di antara anak buah yang lainnya , hanya kamu bertiga yang terpilih…”

sepulang dari sawah abas ,asep dan ujang menyusuri jalanan setapak di kaki gunung tampomas.tampak pemandangan pedesaan dengan panorama pedesaan, yang masih asri jauh dari hiruk pikuk kota …

“jang, kalau suatu saat kita harus pindah kekota apakah kau rela untuk meninggalkan kampung tercinta kita ini…” ucap abas.

“iya, ya bas…rasanya berat juga jika kita harus meninggalkan kampung kita , tapi jang mungkin kita juga butuh pengalaman hidup , paling tidak kita tahu bagaimana kita hidup di jakarta.”

“lamun saya lihat di tv…uch pokona jakarta mah sagala ngenah “.sela asep sambil membenarkan pikulan rumputnya.

“ya, itu ma, cuma kelihatanya sep, tapi pengen juga sih satu saat kita bisa bekerja atau paling tidak bisa berkunjung ke jakarta.” kata abas yang terlihat lebih dewasa dari dua sahabatnya.

“iya, juga sih, tapi rasanya saya nggak mungkin sanggup meninggalkan ningsih sendiri…”

“ciee, yang punya cewe…” ledek ujang pada asep yang tidak bisa jauh dari ningsih pacarnya.

“sep, tuh si ningsih bantuin” ucap abas saat melewati sungai dan melihat ningsih dan teman-temanya lagi nyuci. sesaat langkah mereka terhenti.

( asep tersenyum sebelum meninggalkan teman-temanya dan segera ia turun kesungai dengan malu-malu asep mengangkat cucian ningsih.

“biar akang yang bawa neng…”

ningsih tersenyum manis sambil membenarkan ujung jaritnya.

“akang, akang kalau kerja jangan di forsir, jaga kesehatan…”

“he..he kan kalau akang ga kerja keras keya gini, pasti atuh perut akang tambah genut atuh.”

“ya, nggak atuh akang, tapi kalau nantinya abang sakitkan ningsih juga yang sedih bang. “

“neng, nanti sepulang ngaji akang jemput , ya.” ningsih hanya tersenyum

mereka berjalan menyusuri jalanan setapak. hari mulai senja ketika dua sejoli berpisah di simpang jalan. udara dingn menyelimuti dusun sendang biru di bawah kaki gunung tampomas.

“sep, nanti sehabis maghrib kita ngopi ke warung euce mimin ya?” ucap abas ketika mereka berada di pos ronda.

“aduh, bas, ujang kan kamu teh tau saya itu punya janji ma ningsih”.

“nggak papa sep, kita bisa berdua,kok…”

“makasih, jang, bas, kalian memang temen-temen aku yang paling baik…aku pengen satu saat meskipun kita nanti sudah berkeluarga kita tetap bisa menjaga persahabatan kita , menjaga persaudaraan dan tali silaturahmi antara kita.” mereka bertiga tersenyum.

“ujang sudahlah sep, kau jemput saja si ningsih .” tutur ujang seraya mengalungkan sarungnya.

“baiklah , jang, bas. assalamualaikum.

“waalaikumssalam.”

setelah mengantar ningsih asep pulang , tidak seperti biasanya asep tidak bersama abas dan ujang.

“sep, mana abas sama ujang, sudah lama nggak main ke rumah.” tanya emak asep ketika asep mau masuk kedalam kamarnya.

“biasa , mak mungkin lagi ngopi di warung euce mimin.”

(belum selesai asep bicara dari luar terdengar suara salam

“assalamu alaikum.”

“waalaikum salam”

“masuk nak ujang, nak abas , wah panjang umur baru saja di omongin datang…”

ujang dan abas duduk di sebelah asep.kalau di perhatikan dengan seksama mereka memang seperti saudara.persaudaraan dan persahabat tanpa pamrih mereka sangat langka dan jarang bisa kita temui di zaman sekarang ini.

“nak abas, nak ujang dan kau sep,ibu dengar kalian mau pergi kekota? untuk apa sih nak kekota, bukanya lebih baik kita di sini ngumpul , menggarap sawah atau kebun, dan lagi nak ,di kota itu tidak semudah yang kalian bayangkan.kehidupan kota itu keras.”

“iya, bu. kalau kita tetap di kampung , kita tidak akan punya pengalaman untuk bekal hidup kita nanti.”

“itu sih terserah kalian ibu hanya bisa berdoa saja.”

“iya, kita mah sebagai orang tua hanya bisa mendoakan asal kalian nggak jadi malin kundang aja.” sambung

“ah, abah …. masa sih asep jadi malin kundang.”

se pulang dari rumah asep ketiga sahabat itu masih ngobrol di pos ronda , mereka membicarakan rencana mereka untuk pergi ke jakarta.

“jang , rasanya , berat pisan saya mah ninggalin kampung kita.” ucap asep pada dua sahabatnya.”

“aku juga sep, berat juga rasanya ninggalin umi sama abah” ungkap abas , diantara dua sahabatnya abas adalah anak yang paling disyang dalam keluarganya.abas ragu apakah kedua orang tuanya mengizinkan ia untuk merantau ke jakarta.

“kalau benar kita ke jakarta boleh nggak aku bawa si jago” jago adalah nama ayam yang sejak kecil di pelihara oleh ujang. dan diantara dua sahabatnya ujanglah yang paling sayang dengan binatang, saat menemukan kucing atau anak burung di sawah ujanglah orang yang paling semangat membawanya pulang

“ya, boleh, lah jang kita tahu, kok kalau kamu tuh nggak akan bisa hidup tanpa ayam…kalau saya bisa mah , saya juga pengen bawa si ningsih ke jakarta .” dan diantara dua sahabatnya aseplah yang sudah punya pacar.

“sep, jang sebenarnya aku ragu buat pergi ke jakarta teh.”

“aku juga bas, tapi kita harus nyoba. agar kita tahu bagaimana hidup di jakarta. “

“benar juga sep…”

malam kian larut ketika tiga sahabat ini larut oleh obrolan. tentang mimpi jakarta. dan saat perpisahaan itu datang juga.asep yang bingung mencari cara bagaimana menyampaikan pada ningsih bahwa ia harus ke jakarta untuk mencari pengalaman hidup.akhirnya sore itu mereka sepakat untuk ketemu di saung.

hamparan sawah membentang hijau, sejauh mata memandang , sejauh kaki melangkah segalanya indah dandamai terasa . namun dua insan di dalam saung di rudung kesedihan.

“neng, maafin akang ya… akang harus pergi.kejakarta sebenarnya akang berat untuk ninggalin nangsih sendiri…”

asep memegang tangan ningsih rasa haru menyelimuti hati mereka.

“maaf , neng, …”

ningsih hanya terdiam bisu. tak mampu bicara sepatah katapun tampak butiran bening merembes dari matanya. tekad bulat asep, ujang dan abas tak bisa di tangguhkan lagi pagi itu ketika matahari bersinar hangat mereka berpamitan satu persatu dengan orang yang mereka cintai.

“jaga diri baik-baik , ya sep.” ucap ibu asep melepas kepergian anak tercintanya. bapaknya mendekat dan menepuk-nepuk pundak asep .

“hati-hati dikota sep…”

“pak, bu, doain asep. ya?” mereka terpaku, terdiam oleh keharuan , dan perasaan berat melepas kepergian asep. disaat itu dari arah pintu tampak ningsih lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah yang tidak terlalau besar itu.

“akang…” pekik ningsih. asep menghampiri ningsih dan memeluknya haru

“ning, akang pasti kembali…” ningsih terdiam tak mampu bicara sepatah katapun melepas kepergian orang yang di cintainya , begitu juga dengan keluarga ujang yang harus merelakan ujang untuk mencari pengalaman hidup di jakarta.

“jang , hati –hati , jakarta itu bukan kampung kita…” ucap uminya abahnya mendekat menatap anak satu-satunya itu.

“iya, jang kamu juga harus bawa diri….”

“tapi bah, boleh ujang bawa ayam jago ujang…”

abahnya hanya menggangguk dan tersenyum ramah melepas kepergian anaknya. bukan hanya orang tua asep dan ujang saja yang harus merelakan anak lelakinya, tapi juga orang tua abas.abas yang juga anak tunggal membuat umi dan abahnya berat untuk melepasnya merantau ke kota apalgi jakarta. setelah membereskan barang-barangnya abas duduk di diantara umi dan abah, di pandangnya satu persatu orang yang telah melahirkannya kedunia itu.

“bah, umi, jaga kesehatan umi sama abah , meski nggak ada abas umi dan abah harus makan teratur, abah juga kalau tidur jangan malam-malam…”

“kamu yang harus jaga kesehatan bas,…” ucap abah sambil memegang pundak anak tersayangnya , abas hanya menunduk di pegangnya tangan uminya.

“kamu juga harus makan teratur, tidur teratur….”

abas cuma mengangguk , kemudian memeluk dan mencium tangan satu persatu kedua orang tuanya sebelum ia pergi. akhirnya hari itu juga tiga sahabat itu berangkat sampai terminal hati mereka masih tertinggal di kampung, apalagi asep yang harus meninggalkan si ningsih.

jakarta entah sudah berapa ribu orang yang terbius oleh keindahan jakarta , oleh gedung megah, oleh mobil-mobil yang mengkilap , mungkin juga oleh gadis-gadis cantik yang memenuhi kota itu.seperti halnya tiga sahabat yang masih polos itu, harus merelakan kampung tercintanya hanya demi melihat jakarta , mereka tidak tahu apa sesungguhnya yang mereka cari. siang itu sampai juga mereka di jakarta , di dalam bus kota yang penuh sesak ketiga sahabat itu tampak asyik melihat gedung-gedung pencakar langit dari kaca mobil.menjelang siang mereka turun di kawasan sentral pusat kota jakarta mata mereka tiada puasnya mengagumi kemegahan jakarta yang menyimpan banyak harapan, yang mereka tahu bahwa mereka akan bisa hidup senag di jakarta .

diantara lalau lintas jakarta tampak asep lari-lari mengejar dua temanya

“abas, ujang tungguin asep atuh…”

“kalau jalan cepetan dikit knapa sih , kayak abas tuh kecil-kecil gesit, kamu tuh keberatan badan tahu…”

“jangan salah ‘ujang,asep orang gemuk sekarang lagi ngetren, bahasa kerenya tuh ..chuby..chuby gitu lo…hehe” tepis asep

“sotoy ,luh, sep…ngomongnya pakai chuby-chuby kayak tahu artinya chuby aja?” sela abas kesel karena asep tidak bisa jalan cepet. sementara ujang asyik mengagumi megahnya jakarta.

“wah, hebat …”ucap ujang seraya mendongak keatas matanya menyapu gedung-gedung pencakar langit di kawasan sudirman…

“ngomong-ngomong di jakarta kita akan kerja jadi apa ya?”

“iya,ya bas, kita mau kerja dimana ya?”

apa sih yang kalian khawatirka aku aja yang nggak segesit kalian aja nggak khawatir mau jadi apa ? di jakarta ini asal kita rajin pasti akan dapet kerjaan…”

kadang-kadang pinter juga lu , sep…”

eh kan kamu tau saya pinter tibahela…hehe… “

“bas ,jang , istirahat heula…masa dari tadi jalan terus ! cape atuh.”

“iya , bas. masa dari tadi kita jalan mulu…”

“baiklah kita nyari tempat berteduh…”

tiga sahabat sahabat itu akhirnya berteduh di sebuah emperan toko.mata asep menatap nanar pada bok minuman dingin…

“jang … bas ,haus…hayang nginum”

kamu itu baru jalan semeter aja sudah kehausan.” ucap ujang

“oh,ya jang ,cacing-cacing di perut gue juga udah minta jatah ini…” kata abas yang juga sudah kelaparan .

ujang menaruh ayam jago kesayanganya yang sengaja ia bawa dari kampung…ayam jago yang ia pelihara dari kecil itu tak bisa di pisahkan dari ujang namun sebuah mobil yang melaju kencang membuat ayam jago itu kaget dan lepas dari sangkarnya. melihat ayam jagonya lepas reflek ujang lari mengejarnya….

“bas, ayam gue lepas ,bas….”

kejar jang…ayo jang…”

abaspun ikut berlari mengejar ayam kesayangan ujang itu…

“cs ..ih kamu mah tega pisan ninggalin asep sorangan..”

hai endut , ayo bantuin ngejar…”teriak ujang sementara asep tetap tak bergeming , masih duduk di tempatnya.”

“dasar kamu mah udik alias nora ujang yang harus dibawa mah duit bukannya hayam!!!”

asep senyam-senyum sendiri sementara dari kejauhan segerombolan preman menghampirinya.

hehe… anak subur di tinggal temenya…” ucap salah satu preman itu

“kamu pasti tidak bisa lari, ya….” timpal teman preman satunya

“kelihatanya bawaanmu banyak juga…”salah satu dari preman itu mencoba merebut buntelan asep…asep menepis tangan preman.

“ait!!! mau ngapain kamu teh, jangan sembarangan megang bawaan asep”

“hehehe…anak montok , berani sekali kau menggertak kami”

salah satu dari preman itu menepuk pipi montok asep namun sulit di percaya. asep menepis tangan preman itu dan memuntirnya…”

“ampun, den…aa…..preman itu kesakitan ..namun satu preman lagi melayangkan bogem mentahnya. asep salto ke udara sekejap preman-preman itu terkesima dengan gerakan-gerakan gesit si endut.

“jack, ternyata anak ini bukan anak main-main…”

preman-preman itu mulai merangsek menyerang kearah asep, namun asep tetap tenang , tak berapa lama preman –preman itu di buat keok oleh si endut asep.

“hehe…kamu mah ternyata belum pantes jadi peureman”

“tapi ngomong-ngomong si ujang sama abas kok nggak balik-balik ya , kemana mereka, ya…” sementara itu ujang dan abas masih mengejar ayamnya. diantara gang-gang sempit jakarta.

“jang , kemana maennya ayam, lu. ya, jang ….”

“mungkin lagi pengen keliling jakarta , bas. khan selama ini ayam gue tinggal di kampung, bas…”

“ya, jang, kayak elu aja jalan-jalan jang…

“ya, bas emang ayam nggak butuh di jalan-jalan, emang ga jenuh dikurung terus…”

“iya , juga sih jang…”

“dari balik gang seorang ibu-ibu setengah baya menghampiri abas dan ….”

“nyari saha kamu teh jang?

“bas,ibu-ibu itu ,kok bisa tahu nama aku bas, ya. “

“jang, jang kamu tuh kayak bukan orang sunda aja. ujang itu kan panggilan anak laki-laki. itu artinya nama kamu itu pasaran.”

“eee..ini anak-anak ditanya , kok malah ribut sendiri…”

“begini, nih bu , tadi ibu lihat ayam, ga yang lewat sini…”

“aduh , jang mana ada ayam di tempat begini , yang ada ma ayam kampus.”.

walah ibu ini…”

(mata abas menyapu bangunan –banguna papan , di kawasan kumuh jakarta , diantara atap-atap rumah itu abas melihat siluet ayam jago milik ujang yang nangkring diatas genteng…”

ayam jago diatas genteng nggak ngrokok nggak ganteng.”

maksud kamu apa sih bas,aku lagi pusing nyari ayam kamu, malah berpantun…”

“itu, jang ayam kamu, lagi , asyik nongkrong diatas genteng no…!!”

abas menunjuk seekor ayam yang nangkring di kejauhan di atas genteng…

oya, bas …”ujang menarik tangan abas dan mereka kembali berlari meninggalkan ibu-ibu itu yang bengong sendiri heran dengan tingkah laku mereka. entah sudah berapa jauh ujang dan abas berlari namun begitu sampai yang nangkring di atas genteng itu bukan ayam beneran tapi patung ayam…)

“ya, bas, itukan patung ayam bas…”

“ketika ujang dan abas terduduk pasrah dan lemas, ayam jago yang di kejar-kejarnya terrbang melintas diatas kepalanya…”

jang , itu dia ?”

abas dan ujang kembali mengejar ayam. keluar masuk gang, melewati genteng-genteng,melewati jalan raya.saat melewati jalan raya sebuah mobil sedan yang melintas .nyaris menghantam tubuh ujang yang dan abas yang tengah asik mengejar ayamnya.

“hei , kalau nyetir pakai mata dong.”.

pintu mobil itu terbuka, dari dalam keluar dua orang cewek bahenol, dan dua laki-laki tinggi besar sementara di dalam mobil seorang laki-laki botak ,gendut dan pendek duduk tenang. laki-laki gendut di dalam mobil itu memberi isyarat . dua laki-laki segera merangsek menyerang asep dan abas. sesaat lalulintas di buat macet oleh ulah mereka. pertarungan tidak dapat di elakan.sebuah sabetan pisau membuat abas harus bersalto di atas mobil , mata ujang yang melihat cewek bahenol di depanya tidak sadar membuat ia harus menerima bogem mentah dari mafia-mafia itu. dan bukan asep dan abas kalau tidak bisa mengalahkan mafia-mafia itu.

alah, eleh ku ujang mah…”

“teu nyahoeun, siamah!”

“ah, kagak ngerti gue, ma!”

“mending kita kabur aja ...”

mafia –mafia itu segera masuk kedalam mobil namun abas dan ujang masih melotot melihat dua gadis bersama mereka. sementara asep bingung mencari dua sahabatnya.

“waduh , pada kemana ini abas, sama ujang ayam jelek aja di urusin.” “pak, tadi lihat temen saya lewat sini nggak pak..”

tanya asep ketika melihat seorang satpam yang jaga di depan gedung.

“waduh ,dik temen adik yang mana ,saya juga nggak tahu…”

“yang satu kecil, satunya tinggi.culun….”

belum selesai, asep bicara ia melihat abas dan ujang lari-larian mengejar ayam…

“hai, jang, bas, tunggu…”

asep berlari mengejar dua sahabatnya. melihat asep ujang dan abas berhenti…

“sep, barang-barang kita mana?”

“oh,iya bas, ketinggalan di tempat kita tadi istirahat.”

“yah, elu sep, bukannya di tungguin…yuk kita lihat.”

tak berapa lama mereka telah sampai di tempat tadi mereka beristirahat dan mendapati barang-barang mereka yang sudah raib.

“ya, sep, barang-barang kita raib…”

“ya, sep. bukan hanya ayam gue yang raib , tapi barang-barang gue juga ikut hilang…”

“sep, kita nggak punya apa-apa lagi…”

“iya kita mau tidur di mana duit kita juga hilang.”

“waaaaaaa…….”asep , ujang dan abas nangis bareng…

“sep, sekarang kita jadi gembel beneran, kita mau tidur di mana?” ucap ujang .asep cuma menunduk sedih , ia menyesali perbuatanya tadi siang, yang sudah meninggalkan barang-barang bekal yang susah payah di bawa dari kampung. sementara abas seperti sudah tersihir oleh gemerlap semu kota jakarta.

“waduh, sep , jang…lampu-lampu itu indah sekali…”

“bas, lu itu gimana sih, orang lagi bingung nyari tempat buat tidur elo ngomongin lampu.”

benak abah masih melayang…matanya menyapu gedung-gedung dengan gemerlap lampu jakarta.

“monas..ya, monas, sep, jang…”

“ya, kenapa dengan monas , cita-cita lu, untuk ngajak emak moyang lu kemonas nggak bakal ke sampaian, bas, karena kita bener-bener jadi gembel.”abas kesal sementara asep masih tertunduk merasa bersalah.

“kau lihat monas itu, sep..jang..”

“iya emang kenapa dengan monas “

“kita bisa tidur di monas “

“ monas, monas kan di pager,bas…”

“kan , kita bisa di taman”

“ ya, di taman kan banyak bangku…”

kan, dingin…”

“dari pada kita tidur di jalan.”malam sudah larut ujang ,abas , dan asep masuk ke kawasan monas dan mencari-cari bangku taman untuk tempat tidur.

“dingin euy.” ujang menarik sarungnya.

“iya ,nih.dingin..”abas menarik sarung asep

“yee, pakai sarung sendiri atuh”

“sep bas, kalau tahu begini mending gue nggak ikut ke jakarta.”

“kamu kan paling semangat waktu berangkat …”

“kamu ,kan yang ngajakin …”

“hei, gembel berisik aja ,lu.” seorang security tiba-tiba datang memukul-mukul bangku tempat mereka tidur.

“gembel!!” pekik mereka hampir berbarengan.

“bener, bas, jang kita sudah seperti gembel.”

“siapa yang suruh kalian tidur di sini.pergi…pergi…”

satpam itu mengacungkan pentunganya…asep, ujang, abas.lari tunggang langgang. tiga sahabat kemudian pindah di sebuah emperan took hanya untuk bisa beristirahat.

“aduh ,jang bagaimana kita bisa tidur di tempat seperti ini , mana suara mobil berisik lagi.”

“sep, denger. sekarang kita gembel. kita nggak punya apa-apa jadi kau harus bisa tidur di tempat seperti ini.”

“bas, secara ,gitu lo. kalau gue tidur di tempat seperti ini , body gue bisa bisa di tendang-tendang orang lewat.”

“hei, udah nggak usah banyak cing cong. kalau mau tidur, tidur aja . mau kalian di usir satpam lagi.” sela ujang

“iya..ya..” asep menggerutu.

“.yuk , kita tidur aja ,sep.” ucap abas

namun baru saja mereka merebahkan badanya , seorang penjaga toko memukul-mukul rolingdor sontak mereka semua terbangun.

“hei, gembel-gembel, ini bukan tempat tidur …bangun…bangun.”hardik penjaga took itu.

“yah, pak…” ucap asep ketakutan.

“jang, ternyata di jakarta tidur aja mahal banget.” sela abas.

“iya, ya mending kita di kampung.” ujangpun juga sudah lelah.

“jang, sekali lagi, lu ngomongin kampung gue tampol.”

“kenapa,lu. sep.”

“jang , kita sudah niat merantau, kita jangan menengok lagi ke belakang, apapun resikonya harus kita hadapi..” tutur asep sok tegar.

“gue nggak salah denger nih, bukanya elu, yang tiap hari minta balik , sep.” abas heran dengan sikap asep.

“masalahnya bukan itu,abas, kalau kalian ngomongin kampung , gue jadi inget emak gue.aaaaa…”asep nangis kayak anak kecil.

“emaaaaaaaakkk!!!!!!!” ujang dan abas ikut nangis teringat emak mereka.

matahari menyeruak diantara gedung-gedung pencakar langit ketika tiga orang pemuda kampung itu baru terjaga dari mimpi buruknya .

“sep, kita mau kemana?”

“aku juga nggak tahu , bas.”

“kita nggak bisa selamanya begini bas, kita harus punya tempat tinggal , kau mau hidup di jalan begini tanpa sepeser uangpun.” tutur ujang yang lebih dewasa diantara mereka.

“kita harus cari jalan.bas, jang”

“tapi gimana?”

“aku ada ide.”

“ide.”

“ya, bagaimana kalau kita cari tempat kost.”

“cari tempat kost, di bayar pakai apaan? duit aja kita nggak punya bagaimana kita mau nyari tempat kost.”

“tenang dulu, kita cari kost dulu bilang kalau mau kita bayar bulan depan. bilang aja kita baru dapet kerja . “

“ok, boleh juga,idemu. elu endut..endut pinter juga ternyata.”

mereka berjalan menyusuri kawasan kumuh jakarta . satu persatu tempat kost mereka kunjungi sampai akhirnya mereka menemukan tempat kost yang bisa di bayar setelah akhir bulan.

oo,begitu ceritanya , jadi kalian ini baru dapat kerja.” tutur ibu kost senang menyambut kedatangan tiga anak muda di rumahnya.

“iya, bu…”jawab asep berbohong

“aku suka anak muda yang mandiri seperti kalian, apa lagi kalian ini masih bujang , jadi kalau dapet duit jangan boros inget orang tua di kampung.”

“itu pasti kok, bu…”

“ya, sudah kalian istirahat saja dulu, jangan lupa jaga kebersihan kamar ini, meskipun kalian kost anggap aja seperti rumah sendiri di bersihkan.”

“ya, lah .bu. itu pasti…” ucap abas untuk meyakinkan ibu kost.

“baik kalau gitu ibu permisi dulu ya nak..” setelah ibu kost pergi asep abas dan ujang membuat renncana.

“jangan lupa besok pagi kita tidak boleh berada di kamar, kita harus berangkat selayaknya orang kerja.” tutur asep semangat.

“terus kita mau berangkat kemana ?” abas bingung.

“kita cari kerja , kita berpencar. cari kerja sesuai bakat dan kemampuan kita masing-masing.dan kita pastikan dalam waktu satu minggu salah satu dari kita harus dapat pekerjaan.”

“satu minggu , lu nggak salah ngomong sep?” protes ujang.

“ya, satu minggu kita harus dapet kerja agar kita bisa bayar kost…”

satu minggu kemudian mereka sepakat mengadakan pertemuan.

“jang, elu udah dapet kerja.” tanya asep

“belum sep, aku sudah nglamar di kantor tapi nggak ada panggilan.”

“elu,bas?”

“sama , sep, aku udah nglamar kerja di supermarket tapi juga nggak ada panggilan.”

“kamu sendiri gimana?”

“aku juga belum dapet kerja.”

“yaaaa…..!!”

“tenang, bro!! kita harus ubah cara berpikir kita. kita jangan melamar di tempat-tempat yang elit seperti kantor, mal dll, kalau perlu kita jadi kuli,toh di kampung kita suka ngangon kebo kan, sok, ga masalah khan kalau kita kerja kasar.”

“bener juga sep, kalau kita nggak cepet kerja , kita nggak bakalan sanggup bayar kost.” sela abas.

“ok sekarang mulai besok kita harus, kembali berusaha…” ujang nggak mau kalah semngat. namun tiba-tiba mereka mendengar suara yang seperti pernah mereka kenal.

“kalian mau pekerjaan?”

“bas ..dia …preman yang kita gebukin tempo hari.”

ujang kaget melihat dua lelaki tinggi gede dan dua cewek seksi yang mendampinginya. melihat senjata di tangan preman itu ujang hendak kabur namun preman itu sudah menarik kerah bajunya . melihat temannya dalam bahaya abas menghantam kan bogemnya dan pertarunganpun tak bisa di hindarkan. lima belas menit kemudian abas , ujang dan a sep mampu merobohkan preman-preman itu, tiba-tiba dari arah lain terdengar tepuk tangan dari dalam mobil muncul seorang laki-laki pendek botak, berjalan kearah mereka….

“hebat…hebat anak muda seperti kalianlah yang aku cari, selama ini tak ada yang bisa mengalahkan anak buahku…”

kalian hebat ulang laki –laki botak itu sambil menepuk pundak abas. abas ,asep dan ujang,. terdiam …

“bagaimana kalau kalian gabung bersama kami..”

“gabung?”

“ya, bagaimana kalau kalian gabung bersama kami,aku akan berikan pekerjaan buat kalian….”

“bas, pekerjaan ,bas..” ujang menyenggol tangan abas

“jangan gegabah, jang…” abas menginjak kaki ujang…

“aduh jang awe wenya geulis… “asep menatap dua cewe yang mendampingipreman-preman itu…

“bagaimana anak muda?” tanya pimpinan preman itu.

“pekerjaan apa?” ujang balik tanya.

“nanti kalian juga akan tahu ...”

“maaf kami tidak akan menerima pekerjaan yang tidak jelas.” sela abas emosi.

“bas….!!” hardik asep.

“kalian mau kerja, sama mereka?” abas bersikeras.

“bas, jangan keras kepala…cari kerja susah…” ujang mencoba merayu abas namun…

“ya, udah kalian berdua saja yang kerja, gue mau pulang ke kampung aja…gue mending pulang kampung dari pada menerima pekerjaan kotor.”

abas segera berlalu dari tempat itu namun, asep dan ujang tetap cuek di tempatnya. melihat asep dan ujang masih terdiam abas berniat menarik tangan mereka . namun salah satudari cewek itu menyerang abas sementra satu lagi konsentrasi konsentrasi menghipnotis asep dan ujng yng masih tetap terpaku diam di tempatnya. dua cewek merangsek menyerang abas . ujang dan asep yang baru lepas dari hipnotis segera membantu abas .namun kekuatan supranatural yang di miliki salah satu cewe itu membuat dua pemuda itu terjungkal dan kini tinggal abas yang harus menghadapi dua cewe itu. dan lagi-lagi preman-preman itu harus bertekuk lutut di bawah dengkul abas.

di sebuah gedung tua yang seperti tidak ada penghuninya namun jika kita menilik ke dalam gedung itu.di dalam gedung tampak para preman sedang merencanakan sesuatu.

“kalian tahu tiga anak muda yang kita temui di taman kota itu.”

“iya bos, biar aku saja yang beresin tiga pemuda itu.”

“ya, bos, kami siap untuk mencari tiga pemuda itu. “ sela anak buah satunya.

“iya , bos tiga pemuda itu memang kurang ajar.”

“bukan itu? kalian cari pemuda itu hidup –hidup untuk bergabung dengan kita.”

“gabung, bos?”

“ya, gabung….”

seperti yang mereka rencanakan mereka sepakat untuk mencari pekerjaan lagi

ujang yang sedikit punya wajah batak campur padang kerja pada orang batak jual baju bekas di senen…dengan semangat 45 ujang berteriak menawarkan baju dagangannya.

“hayo…hayooo…yang di meja goceng …cuma modal cuci dan setrika barang mulus.”

promosi ujang. tampak seorang gadis bahenol asyik memilih –milih baju obralan di meja …

“bang, noda ini bisa hilang ga ,ya? “tanya gadis itu sambil menunjukkan baju yang di pilihnya.

“bisalah neng, cuci aja terus jemur, apalagi jemurnya di belakang pasti bakal hilang…”

“ih,abang gelo…”

“goceng…goceng…goceng…para pembeli pada berebut …”

“hahaha…ketahuan ,muka-muka gocengan…”

sesaat pembeli sepi

“yang mondar-mandir kagak beli gue doa in sendalnya putus….”

ujang terus semangat menawarkan daganganya, coba kita lihat apa yang terjadi dengan si asep.

asep yang sedikit kekanak-kanakan menjual mainan di trotar jalanan

“sayang anak…sayang anak..sayang bapak ..sayang emak….

mainanya bu…”asep tidak kalah semangat menawarkan daganganya namun setelah berjuang keras tiba –tiba pedagang lain pada berhamburan lari…

“awas trantib …selamatkan dagangan….”

“ya, tuhan….”

abas yang punya bakat nyanyi ngamen di bus kota…

….kini kau pergi meninggalkan diriku….namun tak lagi yang seperti dirimu oh bintangku…”

dengan semangatnya abas mengumpulkan recehan demi recehan. saat asyik-asyiknya nyanyi tiba-tiba mata abas menagkap seorang copet yang lagi beraksi di bus kota

“copeet…!!!”

seisi bus sontak menjadi panik. sang pencopet melemparkan dompet hasil jarahanya tepat di tangan abas...abas bingung semua mata tertuju padanya…

“copeeeet….”

******************

kembali mereka bertemu di taman tempat biasa mereka ketemu.

“bas, mata lu, kenapa kok jadi bengep gitu?” tanya ujang.

“di keroyok orang , jang gue di kira copet…”ucap abas tertunduk.

“bagaimana hasil jualan , elu sep?”

“anjriit , bro jualan gue di rampas trantib…”

“trus, bagaimana dengan lu, sendiri”

“gue cuma di bayar lima belas ribu, bro..”jawab ujang lesu, sesaat hening sebelum ujang kembali bicara.

“ya, udahlah bro? kalian udah makan belum, nih…”ujang menyodorkan hasil kerjanya …

“buat makan goceng..goceng…”

malamnya mereka tidak bisa tidur memikirkan nasib mereka yang tidak berubah.

“bagaimana, bro. apa yang harus kita lakukan. sekarang sudah tengah bulan. kita punya waktu dua minggu lagi untuk cari duit buat bayar kost.” ucap asep dengan bahasa gaul sok kotanya.

“gue,nggak tahu sep, badan gue udah bonyok…” sela abas.

“sebaiknya kita balik kampung saja..” ujang putus asa

“balik kampung kan juga butuh duit, jang…” ucap asep kesal

“trus,gimana?”

“kita berusaha lagi.”

“sep, kita nggak mungkin bisa kerja tanpa ijazah.”

“iya , sep, jalan satu-satunya kita …”

“jalan satu –satunya apa jang.”

merampok “sesaat hening mereka saling pandang dengan di lema hidup yang mereka hadapi.

“anjing , sampai matipun gue nggak bakal melakukan hal kayak gitu…”

“maaf bro. tapi apa yang harus kita lakukan.”

“kita pasrah saja , jang saya yakin tuhan akan mendengar doa kita.”

dua minggu sudah berlalu namun mereka tak jua mendapatkan uang untuk membayar kost.

“jang, abas kemana sih, sehari lagi kan harus bayar kost malah dia ngilang ga tahu kemana?”

“iya , sep. terus kita harus gimana ?”

“kabur,jang nggak ada jalan lain..” asep dan ujang memutuskan untuk kabur dari tempat kost. mereka tidak tahu dimana abas berada . beberapa hari kemudian asep dan ujang menemukan abas dan mereka benar-benar tidak mampu lagi bertahan.

tampak ujang, abas dan asep ,dengan wajah pucat terduduk di pinggir jalan. dari arah lain seorang anak kecil membuang nasi bungkus yang setengahnya sudah ia makan.

“sep, nasi bungkus sep!”

“ia jang”

asep abas dan ujang yang sudah dua hari nggak makan sontak bangkit untuk mengambil nasi tersebut namun. sebuah mobil berhenti dari dalam keluar seorang yang sudah akrab mereka kenal yang langsung keluar menginjak nasi bungkus tersebut.ujang dan asep yang tadinya marah karena nasi bungkus yang di incarnya ke injak.sontak kaget melihat siapa yang datang. preman-preman itu sudah berada di depan mereka.

“hahaha… hebat, kalian masih juga mampu bertahan di jakarta dengan kejujuran kalian. asal kalian tahu kalian tidak akan hidup di jakarta dengan prinsip kalian itu.”

“asal kalian tahu juga meski kami kelaparan sekalipun kami tidak akan bekerja pada kalian.”

“hahaha.. sekarangpun kalian juga sudah kelaparan bagaimana kalian bisa bertahan.”

kembali pimpinan preman itu memberi isyarat . tiga buah anak buahnya mulai mengepung mereka. kondisi asep, abas dan ujang yang lemah membuat mereka harus merangsek mundur namun gerakan . mereka begitu cepat menyerang dan tak lagi memberi kesempatan pada mereka.

“jang,sep, tak ada jalan lain bagi kita kecuali maju.”

“ya, rasa yang melebihi rasa sakit justru tidak akan terasa sakit.” ucap a bas geram.

“ya, kami memang lapar dan sebentar lagi kami akan memakan dan meminum darah kalian.hahaha…” sambung asep.

sesaat para mafia itu bergidik mendengar ancaman asep. asep, ujang dan abas mulai memasang kuda-kuda dan…

ter iakan salah satu mafia itu mengawali pertarungan a lot. dan lagi-lagi jagoan-jagoan dari kampung ini yang memenagkan pertarungan.

“aduh, bas. lemes bas belum makan.”

“iya , nih perut gue juga sudah keroncongan.”

namun saat mereka pikir keadaan sudah aman dari dalam mobil terdengar tepukan dari bos mafia, sesaat kemudian keluar seorang laki-laki berkulit putih bermata sipit.

“kalian jangan merasa menag dulu. hadapi dulu aku…”

“haaaaa…..!!!!!”

“jang , ada lagi ?”

“ciiiiiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…….!!!”

“haik…………..!!!!”

sebuah serangan tak terduga membuat tubuh lemas asep yang endut mental.abas dan ujang tidak bisa membiarkan temanya , segera maju ke depan namun kembali keduanya di buat mental oleh jagoan kungfu itu….

“bas, ternyata orang ini bukan orang sembarangan. “

“ya, kita harus waspada…”

ketiga sahabat itu saling pandang dan kembali menyerang. sia-sia ketiga sekawan itu kembali roboh, tubuh mereka kian lemas. tak berapa lama . ketiga jagoan ini roboh oleh jagoan kungfu. tersebut. ujang , asep dan abas pingsan tak berdaya

sinar matahari menembus celah-celah daun , ketika tiga sahabat ini masih terkapar di pinggir jalan. panas sinar matahari membuat tiga anak ini terbangun dari mimpi buruknya.

“sep, sep bangun sep….”

“…..dimana ini?”

abas ujang dan asep terbangun dari pingsanya mereka terduduk lemas di jalanan . matahari pagi bersinar hangat, kontras sekali dengan kondisi mereka yang lemah tak berdaya.

“bas aku menyerah….”

“aku juga , jang rasanya aku nggak sanggup lagi…”

perutku juga sudah turun dua kilo…”

“kita pulang saja…”

“pulang?”

“ya, pulang…”

sebuah bis melintas dan berhenti di jalanan menuju kampung . dari dalam keluar tiga sekawan yang telah menyerah menghadapi angkuhnya jakarta.

“ya, jang gue nggak bakal mau lagi datang ke jakarta.”

“aku juga cukup sekali ini saja.”

sebuah bus melintas di depan mereka , begitu bus itu melintas muncul seekor ayam yang mereka cari-cari…

“jang , ayam lu ..jang…”

“haaaaa?”

“bagaimana mungkin….?”

Komentar

Postingan Populer